Minggu, 13 Desember 2015

Terjemahan: Essential Neurosurgery 3rd Edition (4)



 Bab 1: Penilaian dan Pemeriksaan Neurologis


Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis formal harus dilakukan secara sistematis dengan urutan sebagai berikut:
1.    Keadaan mental
2.    Kemampuan bicara
3.    Nervus cranialis
4.    Pemeriksaan ekstrimitas dan badan
(a)  Postur
(b)  Atrofi
(c)  Tonus
(d)  Kekuatan
(e)  Refleks
(f)   Sensasi
(g)  Koordinasi dan gaya berjalan

Keadaan mental

Pemeriksaan keadaan mental mencakup penilaian terhadap:
·         Tingkat kesadaran
·         Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang
·         Memori
·         Keadaan emosional
·         Adanya delusi atau halusinasi

Penilaian yang benar dari keadaan mental adalah awal yang penting untuk mengevaluasi tanda-tanda neurologis yang lain. Pemeriksaan neurologis lainnya akan dijalankan sesuai dengan kondisi mental pasien. Penilaian yang akurat dari tingkat kesadaran sangat penting dalam penyakit-penyakit bedah saraf dan evaluasi tingkat kesadaran menggunakan Glasgow coma scale diuraikan di dalam Bab cedera kepala (Bab 4). Ketidaktepatan istilah seperti ‘stuporose’ harus dihindari dan pemeriksa harus secara obyektif menilai dan menggambarkan respon pasien terhadap stimulus spesifik. ‘Keadaan mengantuk’ -- penurunan tingkat kesadaran – adalah tanda neurologis penting dan mengindikasikan patologi intrakranial mayor. Seperti pada semua gejala-gejala dan tanda-tanda neurologis, penting untuk mendapatkan penilaian tentang progresifitas dari keadaan mengantuk dengan bertanya kepada teman atau keluarga pasien. Tingkat kesadaran yang memburuk adalah sebuah kegawatdaruratan bedah saraf.   
Gangguan memori harus diperiksa secara formal baik ingatan jangka pendek maupun jangka panjang. Pemeriksaan memori jangka pendek dilakukan dengan cara pemeriksa menyebutkan daftar misalnya nama, alamat, dan jenis bunga kemudian meminta pasien untuk mengulang kembali setelah 5 menit. Kehilangan memori jangka pendek terhadap kejadian-kejadian masa lalu yang berhubungan dengan ingatan terhadap keluarganya adalah tipe dari demensia, cth. Alzeheimer disease. Pada psikosis Korsakoff, gangguan pada memori yang baru disertai disorientasi menunjukaan gejala yang berat sehingga pasien akan membuat cerita-cerita untuk memberikan suatu jawaban yang meyakinkan dari suatu pertanyaan. Ini adalah konfabulasi dan secara klasik berhubungan dengan keadaan alkoholik, meskipun walaupun jarang terjadi merupakan akibat dari lesi hipotalamus anterior karena trauma atau perdarahan subarachnoid dan vasospasme.

Gangguan kemampuan bicara

Terdapat empat gangguan kemampuan bicara utama:
1.    Mutisme
2.    Afonia
3.    Disarthria
4.    Disfasia

Mutism
Mutisme dicirikan pada pasien yang waspada tetapi dalam kondisi tidak mau berbicara. Ini merupakan akibat dari lesi yang mempengaruhi aspek medial dari kedua lobus frontal, secara klasik terjadi sebagai akibat dari vasospasme yang berlanjut menjadi perdarahan subarachnoid dari rupturnya aneurisma arteri communicans anterior.

Afonia
 Afonia adalah ucapan yang keluar ketika pasien dapat bicara tapi tidak dapat untuk menghasilkan beberapa volume suara.  Hal ini karena gangguan pada plika vokalis atau laring. Jika pasien dapat batuk secara normal, berarti ini biasanya merupakan kelainan histerik.

Disarthria
Disarthria disebabkan oleh lemahnya koordinasi dari bibir, palatum, lidah dan laring yang diakibatkan oleh lesi pada ekstrapiramidal, batang otak, atau cerebellum. Volume dan isi dari pembicaraan masih normal tetapi pengucapannya mengalami distorsi.

Disarthria spastik. Ini disebabkan oleh penyakit upper motor neuron bilateral karena pseudobulbar palsy, penyakit neuron motorik, atau tumor batang otak.

Disarthria ataksia. Ini disebabkan oleh inkoordinasi dari otot-otot bicara; kata-kata yang diucapkan sering terputus-putus atau scanning dan ritmenya terhenti-henti. Tipe disarthria ini terlihat pada tumor angulus cerebellopontine, lesi cerebellum, multiple sclerosis dan keracunan fenitoin.

Disarthria dapat juga akibat dari lesi-lesi pada lower motor neuron dan otot, seperti yang terjadi pada palatal palsy atau paralisis lidah.

‘Rigid disarthria’. Ini adalah ciri khas dari penyakit Parkinson. Pada kasus yang berat dapat ditemukan fenomena palilalia, dimana terdapat pengulangan konstan pada suku kata yang spesifik.

Disfasia
Disfasia dapat bersifat ekspresif maupun reseptif. Pasien dengan disfasia ekspresif dapat mengerti suatu pembicaraan tetapi tidak dapat menyusun pembicaraannya sendiri. Pasien dengan disfasia reseptif tidak dapat mengerti suatu pembicaraan baik lisan maupun tertulis. Meskipun satu tipe disfasia dapat bersifat predominan, seringnya terjadi campuran dari kedua pola disabilitas tersebut. Disfasia terjadi akibat lesi pada hemisfer dominan, dimana hemisfer kiri pada orang dengan dominan tangan kanan jumlahnya sebanding dengan orang dengan dominan tangan kiri.

Disfasia ekspresif. Ini disebabkan oleh lesi yang mengenai area Broca pada bagian bawah dari girus presentral (fig 1.1) atau regio temporoparietal posterior kiri. Jika regio tersebut terkena, pasien dapat menderita disfasia nominal, dimana kemampuan untuk menamai suatu obyek hilang tetapi kemampuan untuk bicara masih bertahan.

Disfasia reseptif. Diakibatkan oleh lesi pada area Wernicke, dimana girus temporalis superior pars posterior dan lobus parietal didekatnya.

Aleksia
Aleksia adalah ketidakmampuan untuk memahami perkataan tertulis. Aleksia dengan agrafia (ketidakmampuan untuk menulis) disebabkan oleh lesi pada girus angular kiri. Pasien tidak dapat membaca atau menulis secara spontan dan kondisi ini sering desertai dengan disfasia nominal, akalkulia, hemianopia dan agnosia visual. Sindroma Gerstmann terdiri dari agnosia jari pada jari pasien sendiri maupun jari pemeriksa, akalkulia, disorientasi kanan/kiri dan agrafia tanpa aleksia. Lesinya terdapat pada hemisfer dominan pada regio girus angular.

  





 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar